Sudah siapkah kalian untuk bertemu Ibu di Bioskop?
Producer : Gope T. Samtani
Director : Joko Anwar
Scriptwriter : Joko Anwar
Cinematographer : Ical Tanjung
Art
Director : Allan Triyana, Sebastian
Editor : Arifin Cu’unk
Soundman : Khikmawan Santosa
Music
Desinger : Bembi Gusti, Tony Merle,
Aghi Narottama
JANGAN
BERHARAP GUE AKAN BERCERITA SECARA DETAIL KARENA ITU SANGATLAH BUKAN CARA GUE
MENG-REVIEW DAN GUE JUGA MENGHARGAI BANG JOKO YANG SUDAH MATI-MATIAN MEMBUAT
TRAILERNYA SEDEMIKIAN RUPA AGAR KESERAMANNYA TIDAK SPOIL MENTAH MENTAH. JADI
KALAU MASIH MERASA KURANG DAN PENASARAN, SEGERALAH MENONTON DI BIOSKOP
Cerita
Creepy and Scary as fvk.. Kalimat
tersebut mungkin tepat untuk
menggambarkan cerita di film ini, film tahun 1980 yang sebelumnya di
sutradarai oleh Gautama Putra kembali di remake
oleh abang yang kece ini yaitu Joko Anwar. Sedikit cerita mengapa Bang Joko
Anwar meng-remake film ini, karena
film ini cukup menghantui masa kecilnya dan bang Joko mempunyai keinginan untuk
membuat ulang film ini dengan idenya sejak 10 tahun yang lalu, dan selama 10
tahun itu bang Joko mengejar rumah produksi Rapi Film untuk mendapatkan izin
dan sampailah pada saatnya sekarang kita bisa menikmati Pengabdi Setan hasil
remake dari Joko Anwar di Bioskop
Plot filmnya
sama seperti film aslinya, bagaimana sang Ibu(Ayu Laksmi) meninggal lalu
kejadian janggal pun mulai menghantui keluarga sampai menyebabkan banyak korban,
hanya saja pelaku di balik semua ini yang berbeda, namun bukan berarti film ini
100% memiliki cerita yang sama, nope.
Banyak perbedaan yang kita temui di kedua film ini, sebut saja dulu sang
keluarga sangatlah kaya raya, tapi di film yang baru ini keluarga dibuat hidupnya
serba kekurangan, dan masih banyak lagi. Teror demi teror terus menyerang
keluarga ini, keluarga yang masih sama dengan film sebelumnya, keluarga yang
imannya kurang!
Overall cerita film ini sangat
menarik dan fresh untuk dunia
perfilman Indonesia saat ini, namun
cerita tentang Uztad di film ini cukup
membuat gue kecewa. Jujur, peran Uztad di film lama dan film baru sangat
berbeda, dan perbedaan tersebut cukup
mengecewakan karena menjadikan sosok sang Uztad seperti... Ahh sudahlah, kalau
memang kita melihat kembali background
Joko Anwar, tak heran kalau dia berani
membuat peran pak Uztad begitu..... useless.
Terdapatpula satu plothole yang sangat
menganggu, mungkin mau ada Pengabdi Setan 2? Kalau dilihat dari jalan cerita, bisa saja akan
ada Pengabdi Setan 2, tapi jika dilihat dari bang Joko Anwar yang tidak pernah
bikin film yang sama (katanya doi cepet bosen sama genre film) bisa aja sih itu
cuman jurus agar menjadi buah bibir di masyarakat, dan sebenarnya gak ada(atau
gak kepikiran) tentang Pengabdi setan 2. Well
who knows? Setidaknya plot twist
di film ini bener-bener works!
Rating: 7/10
Visual
You will not see kinda mise en scene like
this in any Indonesian film nowadays, why? Karena Cinematography di film
ini udah bukan kelas produksinya ala film MD Picture yang sering banget
beredar dibioskop belakangan ini. Terimakasih Joko Anwar yang telah mengarahkan
sang D.O.P Ical Tanjung dan penata artistik Allan Triyana dan Sebastian dengan
baik. Untuk kalian yang merasa gak pernah takut nonton film horror Indonesia,
jangan harap di film ini bisa melotot lebar-lebar karena film ini tidak hanya
menganndalkan jumpscare nya aja namun
memang atmosfer film ini dibuat seseram mungkin, tapi ngehe nya film ini tuh beberapa part nyereminnya nanggung, ibarat kata kalian lagi mau orgasm tiba-tiba lagi di puncak eh
kalian keciduk sama orang lain, ya gitu deh nanggung-nanggung kampret
gitu. Dan hal tersebut terjadi secara terus
menerus yang membuat kita jadi capek sendiri nontonnya! Jadinya pasrah aja deh
kalau memang mau dibikin takut yang sampe kencing di celana, udah gak berdaya
ini emosi di main-mainin, emang gilak tuh Joko Anwar. Untuk yang suka ngakak
sama tampilan setan Indonesia, kalau masih bisa ngakak juga di film ini, gue
jajanin makanan bioskop dah.
Rating 8.5/10
Audio
Satu yang
gua takutkan dari film indononesia adalah bagian Sound nya, dan ketakutan gua diredakan oleh film ini. Film ini
tidak mengalami kegagalan dalam bagian Sound.
Scoring film ini
CUKUP BERHASIL MEMBUAT GUA TAKUT YANG GUA RASAKAN SAAT GUA NONTON SINISTER
1(kejadian dimana gue gak berani tidur sendiri selama sebulan) belum lagi, lagu
si Ibu yang suka tiba-tiba muncul untuk meneror, itu kampret banget sih
seremnnya, dan bunyi lonceng si Ibu aduh ampun dah rasanya mau musnahin lonceng
yang ada di dunia kalau bisa, suara lonceng jadi terngiang-ngiang sama gue
sampai saat ini. Komat-kamit mantra juga gak kalah creepy nya, gue harap gue gak pernah denger itu! It’s too late.. i just heard it with Cinema
Sound System :’(
Rating: 8.2/10
Acting
Entah ini gue saja atau
memang benar, gue marasa ketidak cocokan pada peran sang kakak Rini (Tara
Basro) dan bapak (Bront Palarae). Karena
gue merasa Tara Basro terlalu tua untuk menjadi kakak dengan sandingan Bront
Palarae yang terlalu muda untuk memerankan sosok bapak. Rasanya sulit untuk
menerima bahwa mereka berdua adalah anak dan bapak, otak gua terus mencoba
merusak imajinasi gua dengan mendeteksi mereka berdua lebih cocok sebagai
pasangan Suami Istri ketimbang Bapak dan Anak.
Tokoh Ian(M
Adhiyat) itu lucu banget dan berkerja dengan baik di film ini, walau kita tau
di film sebelumnya hanya terdapat 2 anak dan di film ini menjadi 4 bersaudara,
namun kedatangan tokoh baru tersebut sangat tidak merusak fungsi keluarga di
film ini. Sosok Nenek (Elly D. Luthan)
cukup membuat kita menjadi sedikit ketakuan kalau nanti pulang kampung ngeliat
nenek :(
Selebihnya
peran tokoh yang lain berjalan dengan baik dan juga pas, tidak berlebihan tidak
terburu-buru maupun terlalu cepat.
Rating: 7.2/10
THIS IS THE END OF THE REVIEW
Joko Anwar bisa dibilang sukses mendaur ulang film horror
tahun 1980 ini dengan baik, dengan sentuhan yang fresh membuat kita tidak bisa untuk tidak menutup mata sepanjang
film berlangsung, untuk kalian yang rindu horror Indonesia berkualitas, inilah
penantian panjang kalian.
Is this the best horror film in the world? No
Can we compare this film with another international
horror film? Yes
Is this the best horror film in Indonesia? YES
Hi Joko Anwar, welcome back to Film Industries! This film
got 3.8/5 from me!
Di tunggu
karya selanjutnya, semoga jangan horror karena gue rugi kalau harus nutup mata
terus di bioskop
Intinya
film ini gak NORAK, untuk yang suka film NORAK, gak usah nonton, kelewat bagus
untuk lu yang NORAK wkwk ngegas...