Review: Pengabdi Setan (2017) | FILM HORROR INDONESIA TERBAIK 2017

Sudah siapkah kalian untuk bertemu Ibu di Bioskop?


Producer                : Gope T. Samtani
Director                 : Joko Anwar
Scriptwriter           : Joko Anwar
Cinematographer   : Ical Tanjung
Art Director           :  Allan Triyana, Sebastian
Editor                     : Arifin Cu’unk
Soundman              : Khikmawan Santosa
Music Desinger      : Bembi Gusti, Tony Merle, Aghi Narottama




      JANGAN BERHARAP GUE AKAN BERCERITA SECARA DETAIL KARENA ITU SANGATLAH BUKAN CARA GUE MENG-REVIEW DAN GUE JUGA MENGHARGAI BANG JOKO YANG SUDAH MATI-MATIAN MEMBUAT TRAILERNYA SEDEMIKIAN RUPA AGAR KESERAMANNYA TIDAK SPOIL MENTAH MENTAH. JADI KALAU MASIH MERASA KURANG DAN PENASARAN, SEGERALAH MENONTON DI BIOSKOP

Cerita
            Creepy and Scary as fvk.. Kalimat tersebut mungkin tepat untuk  menggambarkan cerita di film ini, film tahun 1980 yang sebelumnya di sutradarai oleh Gautama Putra kembali di remake oleh abang yang kece ini yaitu Joko Anwar. Sedikit cerita mengapa Bang Joko Anwar meng-remake film ini, karena film ini cukup menghantui masa kecilnya dan bang Joko mempunyai keinginan untuk membuat ulang film ini dengan idenya sejak 10 tahun yang lalu, dan selama 10 tahun itu bang Joko mengejar rumah produksi Rapi Film untuk mendapatkan izin dan sampailah pada saatnya sekarang kita bisa menikmati Pengabdi Setan hasil remake dari Joko Anwar di Bioskop
            Plot filmnya sama seperti film aslinya, bagaimana sang Ibu(Ayu Laksmi) meninggal lalu kejadian janggal pun mulai menghantui keluarga sampai menyebabkan banyak korban, hanya saja pelaku di balik semua ini yang berbeda, namun bukan berarti film ini 100% memiliki cerita yang sama, nope. Banyak perbedaan yang kita temui di kedua film ini, sebut saja dulu sang keluarga sangatlah kaya raya, tapi di film yang baru ini keluarga dibuat hidupnya serba kekurangan, dan masih banyak lagi. Teror demi teror terus menyerang keluarga ini, keluarga yang masih sama dengan film sebelumnya, keluarga yang imannya kurang!
Overall cerita film ini sangat menarik dan fresh untuk dunia perfilman Indonesia saat  ini, namun cerita tentang Uztad di film ini cukup  membuat gue kecewa. Jujur, peran Uztad di film lama dan film baru sangat berbeda, dan perbedaan  tersebut cukup mengecewakan karena menjadikan sosok sang Uztad seperti... Ahh sudahlah, kalau memang kita melihat kembali background Joko Anwar, tak heran kalau dia berani  membuat peran pak Uztad begitu..... useless.
Terdapatpula satu plothole yang sangat menganggu, mungkin mau ada Pengabdi Setan 2?  Kalau dilihat dari jalan cerita, bisa saja akan ada Pengabdi Setan 2, tapi jika dilihat dari bang Joko Anwar yang tidak pernah bikin film yang sama (katanya doi cepet bosen sama genre film) bisa aja sih itu cuman jurus agar menjadi buah bibir di masyarakat, dan sebenarnya gak ada(atau gak kepikiran) tentang Pengabdi setan 2. Well who knows? Setidaknya plot twist di film ini bener-bener works!
Rating: 7/10

Visual
            You will not see kinda mise en scene like this in any Indonesian film nowadays, why? Karena Cinematography di film ini udah bukan kelas produksinya ala film MD Picture yang sering banget beredar dibioskop belakangan ini. Terimakasih Joko Anwar yang telah mengarahkan sang D.O.P Ical Tanjung dan penata artistik Allan Triyana dan Sebastian dengan baik. Untuk kalian yang merasa gak pernah takut nonton film horror Indonesia, jangan harap di film ini bisa melotot lebar-lebar karena film ini tidak hanya menganndalkan jumpscare nya aja namun memang atmosfer film ini dibuat seseram mungkin, tapi ngehe nya film ini tuh beberapa part nyereminnya nanggung, ibarat kata kalian lagi mau orgasm tiba-tiba lagi di puncak eh kalian keciduk sama orang lain, ya gitu deh nanggung-nanggung kampret gitu.  Dan hal tersebut terjadi secara terus menerus yang membuat kita jadi capek sendiri nontonnya! Jadinya pasrah aja deh kalau memang mau dibikin takut yang sampe kencing di celana, udah gak berdaya ini emosi di main-mainin, emang gilak tuh Joko Anwar. Untuk yang suka ngakak sama tampilan setan Indonesia, kalau masih bisa ngakak juga di film ini, gue jajanin makanan bioskop dah.
Rating 8.5/10

Audio
            Satu yang gua takutkan dari film indononesia adalah bagian Sound nya, dan ketakutan gua diredakan oleh film ini. Film ini tidak mengalami kegagalan dalam bagian Sound.

Scoring film ini CUKUP BERHASIL MEMBUAT GUA TAKUT YANG GUA RASAKAN SAAT GUA NONTON SINISTER 1(kejadian dimana gue gak berani tidur sendiri selama sebulan) belum lagi, lagu si Ibu yang suka tiba-tiba muncul untuk meneror, itu kampret banget sih seremnnya, dan bunyi lonceng si Ibu aduh ampun dah rasanya mau musnahin lonceng yang ada di dunia kalau bisa, suara lonceng jadi terngiang-ngiang sama gue sampai saat ini. Komat-kamit mantra juga gak kalah creepy nya, gue harap gue gak pernah denger itu! It’s too late.. i just heard it with Cinema Sound System :’(
Rating: 8.2/10

Acting
            Entah ini gue saja atau memang benar, gue marasa ketidak cocokan pada peran sang kakak Rini (Tara Basro)  dan bapak (Bront Palarae). Karena gue merasa Tara Basro terlalu tua untuk menjadi kakak dengan sandingan Bront Palarae yang terlalu muda untuk memerankan sosok bapak. Rasanya sulit untuk menerima bahwa mereka berdua adalah anak dan bapak, otak gua terus mencoba merusak imajinasi gua dengan mendeteksi mereka berdua lebih cocok sebagai pasangan Suami Istri ketimbang Bapak dan Anak.
            Tokoh Ian(M Adhiyat) itu lucu banget dan berkerja dengan baik di film ini, walau kita tau di film sebelumnya hanya terdapat 2 anak dan di film ini menjadi 4 bersaudara, namun kedatangan tokoh baru tersebut sangat tidak merusak fungsi keluarga di film ini. Sosok Nenek (Elly D.  Luthan) cukup membuat kita menjadi sedikit ketakuan kalau nanti pulang kampung ngeliat nenek :( 
            Selebihnya peran tokoh yang lain berjalan dengan baik dan juga pas, tidak berlebihan tidak terburu-buru maupun terlalu cepat.
Rating: 7.2/10

THIS IS THE END OF THE REVIEW

Joko Anwar bisa dibilang sukses mendaur ulang film horror tahun 1980 ini dengan baik, dengan sentuhan yang fresh membuat kita tidak bisa untuk tidak menutup mata sepanjang film berlangsung, untuk kalian yang rindu horror Indonesia berkualitas, inilah penantian panjang kalian.

Is this the best horror film in the world? No
Can we compare this film with another international horror film? Yes
Is this the best horror film in Indonesia? YES

Hi Joko Anwar, welcome back to Film Industries! This film got 3.8/5 from me!
Di tunggu karya selanjutnya, semoga jangan horror karena gue rugi kalau harus nutup mata terus di bioskop


Intinya film ini gak NORAK, untuk yang suka film NORAK, gak usah nonton, kelewat bagus untuk lu yang NORAK wkwk ngegas...
Previous
Next Post »