Review: Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak | Genre Film baru "Satay Western"




Producer                  : Faizan Zidni
Director                   : Mouly Surya
Writters                   : Rama Adi, Garin Nugroho, Mouly Surya
Cinematographer    : Yunus Pasolang
Editor                      : Kelvin Nugroho
Art Director            : Frans Paat
Music                      : Yudhi Arfani & Zeke Khaselidulu



Cerita
                Sesuai dengan judulnya Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak bagian cerita di film ini di bagi menjadi  4 babak, walau sebenarnya transisi antar babak tidak terlalu kelihatan secara significant namun penambahan Intertittle di tiap judul tidak menjadi masalah yang besar.
                Pembukaan diawali oleh rasa putus asa yang dialami oleh Marlina(Marsha Timothy), ia yang terlilit hutang setelah kematian anaknya Topan, lalu di susul oleh suaminya yang meninggal juga, karena tidak memiliki biaya untuk pemakaman, Suaminya pun di jadikan mumi dan di letakan di sudut ruang tengah. Marlina yang sudah terlilit utang pun didatangi oleh kawanan perampok yang akan mengambil harta benda serta harga diri milik Marlina juga
                Survive and Fighting, itulah kata yang pas untuk menggambarkan desire Marlina untuk kedepannya, bagaimana ia menghadapi para perampok yang diketuai oleh Markus(Egi Fedly) dan berjuang melawan rasa terpuruknya, ia yang tadinya lemah tak berdaya tiba-tiba terbakar jiwa didalam dirinya yang membuatnya semakin terlihat jati dirinya yang sesungguhnya

                Puluhan Kilo ia lewati untuk mencapai tujuannya, selama perjalanannya pun tidak selalu berjalan dengan mulus. Untuk kamu pecinta Komedi Gelap, film ini memiliki unsur Komedi Gelap yang patut kita tertawakan di sela-sela ketegangan film, serius lucu kok untuk yang ngerti. Tak lupa juga Karakter Novi(Dea Panendra) yang turut bergabung dalam petualangan Marlina dan keberadaan Novi sungguh memberikan warna dalam film ini, dengan keadaan yang hamil sampai 10 bulan, membuat lika-liku yang ia lewati bersama Marlina menjadi lebih greget, banyak rintangan yang Novi juga lalui, walau dengan keadaan Hamil tua, dia tetap kuat untuk menghadapi semuanya, sungguh bentuk gambaran wanita daerah Sumba yang kuat!
                Pengembangan cerita dalam film ini patut diacungi jempul, tidak terkesan buru-buru atau ngeglitch pada transisi dari isi ke penutup, semua berjalan lancar layaknya film hollywood pada umumnya. Karena kelemahan Film Indonesia dibagian cerita adalah, kurangnya konsep pengembangan serta kurang pasnya transisi dari isi kebagian penutup. Jujur saja, film horror tahun ini yang menembus 4juta walau dipegang sekelas abang Itu, belum berhasil pada bagian development cerita dari Isi ke Penutup, namun film Marlina ini mampu melewati rintangan terbesar pada film Indonesia, Good Job Rama Adi(writer). Film ini hanya kurang “gigitan” saja dalam kompleksitas konfliknya. Karena hal tersebutlah, membuat film ini menjadi film yang mudah dipahami, jika saja diberikan “gigitan” yang tajam, bisa jadi film ini akan sulit di pahami oleh banyak orang
                Terakhir, bagaimana Mba Mouly menyentil permasalahan sosial yang benar terjadi di daerah terpencil pelosok Indonesia sungguh menampar kita semua yang seharusnya bersyukur dengan keadaan kita sekarang, contohnya saja akses pelayanan kepolisian di daerah tersebut, dalam film ini digambarkan Marlina harus menempuh jalanan yang begitu jauh, dengan transportasi yang minim dan setelah sampai, pelayanan yang ia dapatkan jauh dari ekpetasi yang dibayangkan, sungguh ironi.
Rating 7.2/10

Visual
                SAYA BANGGA MENJADI ORANG INDONESIA. Kenapa gue mengeluarkan Tagline seperti itu? Karena gue tidak menyadari bahwa ternyata di daerah Sumba semuanya terlihat begitu Indah, megah dan asri. Penayangan Visual film ini benar-benar memanjakan Mata! Jangan takut dengan kualitas film Indonesia yang terkadang suka melupakan aspek Cinematography karena lebih memikirkan “kejar tayang”, film ini memiliki konsep yang matang sehingga hasil visual  yang di hasilkan sungguh membuat kita tidak bosan menonton film ini berjam-jam di bioskop! Can’t say anything else... SO BEAUTIFUL, thanks Yunus Pasolang as a cinematographer
                Mouly banyak menggunakan Long Take dalam film ini, membiarkan kita menikmati mise en scene dalam film, memanjakan mata kita oleh ke indahan alam yang ada di daerah Sumba, membuat kita bertanya-tanya dengan gerak dan ekspresi yang dimainkan oleh para pemain, karena film ini adalah film yang minim dialog, pendekatan secara Visual menjadi tantangan terbesar karena semua yang ada di dalam frame harus dapat menyampaikan semua yang ingin di sampaikan tanpa menggunakan Dialog, dan Mba Mouly berhasil mempadukan semua elemen yang ada di dalam Frame menjadi satu kesatuan informasi yang utuh. Permainan warna dan cahaya serta framing dalam film ini benar-benar di design dengan matang dan sempurna, jelas saja film ini memilih untuk berkelana keliling dunia dahulu, baru pulang kampung untuk tayang di Negaranya sendiri haha
                Jujur saja, maaf kan gue kalau sedikit lancang, tapi untuk kalian yang IQ Jongkok dan hanya bisa paham dengan hal-hal yang apapun harus di suapin, mungkin apa yang gua katakan di atas tadi tidak terlalu berjalan dengan mulus untuk kalian... So.. Yeahh... Naikkan IQ Kalian sedikit ya agar feels saat menonton film ini menjadi maximal
                Oh iya, jangan kira adegan sadisme dan “kepala gantung” dalam film ini akan fail ya, Make Up Artisnya aja tadi di credit tittle nama Korea semua, ya sudah jelas ini mah gak main main filmnya, beneran ngeri! Gue saja mau muntah lihatnya, terimakasih dulu dong sama Penata Artistiknya, Frans Paat
Rating 8.8/10

Audio
                Mau Berterimakasih sama Yudhi Arfani & Zeke Khaselidulu boleh gak? Bagus banget musiknya, gak nyangka bisa denger Film Indonesia dengan iringan musik seperti ini, benar-benar matching dengan visualnya yang sudah sangat ciamik!
Rating 8.2/10

Characters
                Selamat untuk semua pemeran dalam film Marlina si Pembunuh Dalam Empat Babak yang sudah mampu membawakan tokoh khas warga Sumba, Nusa Tenggara Timur. Para pemain sudah dengan baik dan hampir mendekati sempurna untuk menjadi orang sana, tidak sia-sia berguru selama 3 bulan intens ya untuk mempelajari budaya mereka, memang film yang baik adalah film yang memiliki riset tinggi, serta terkonsep dengan matang

Gue disini ingin memberikan apresiasi khusus kepada Novi (Dea Panendra) dan Franz (Yoga Pratama) karena mereka berdua mampu mencuri perhatian penonton. Karena bisa saja tanpa kehadiran mereka berdua, film ini mungkin tidak berjalan dengan mulus, karena ternyata keberadan mereka mampu memberkan nyawa dalam film ini.
Tokoh Markus (Egy Fedly) yang tidak memerlukan banyak aksi, di bantu oleh perawakannya serta memiliki dialog yang sedikit saja, mampu menunjukan bahwa dialah penjahat yang paling bajingan yang ada di daerah itu, ini keren serius! Lalu, bagaimana untuk peran Marlina(Marsha Timothy) itu sendiri? Jawabannya adalah: totalitas
Rating: 7.8/10

THIS IS THE END OF THE REVIEW

Marlina si Pembunuh Dalam Empat Babak menjadi film yang mendobrak style Film Indonesia yang begitu-begitu saja, bukan hanya mendobrak Film Indonesia, namun mampu mendobrak rana Internasional dengan memgeluarkan genre film baru yang dinamai “Satay Western” semoga kedepannya akan banyak turunan film dari genre Satay Western yang tentu akan menjadi sejarah baru untuk Film dunia terutama Indonesia. Film ini adalah film yang cantik dalam bidang Visual maupun Cerita.


Halo Mba Mouly! You deserve my 4/5 rating
Previous
Next Post »