Produser : Angga Dwimas Sasongko, Chicco Jerikho
Sutradara : Andibachtiar
Yusuf
Penulis : Mohammad Irfan Ramly
Cerita
Siapa sangka cerita
sederhana mampu menjadi cerita yang begitu pas dihati kita? Jawaban yang dapat
gue utarakan adalah, karena cerita ini serta pengembangannya ditambah
elemen-elemen pendukungnya sangatlah relevant
untuk kita. Se-sederhana apa sih emangnya? Jawabannya: Se-sederhana bagaimana
kisah seorang lelaki paruh baya yang sampai umur 41 tahun masih menjomblo lalu
akhirnya menemukan cintanya. What? Gitu
doang? Spesialnya apa?
Gini-gini,
pernah kah kalian merasa bosan dan muak dengan film-film yang mengisahkan
tentang bagaimana seseorang menemukan belahan jiwanya? Well, gue sih bosan dan muak itulah yang membuat gue kurang
tertarik dengan film-film Romance klise. Tapi Love For Sale menawarkan resep baru ke kita, dimana hal-hal klise
yang biasa terjadi di film Romance lainnya tidak digunakan dan memberikan surprise yang cukup mengejutkan serta menyenangkan.
Love For Sale sendiri sebetulnya tidak
seperti film lainnya dimana jalur ceritanya sesuai dengan Formula film mainstream. No, it’s different and you won’t expect it. Jangan banyak menebak
ending, percuma saja. Nikmati filmnya, karena film ini bagaikan pengkhianat
yang “diam diam menghanyutkan” sadar atau tidak, kita sebagai penonton dibawa
oleh arus cerita yang berkedok “simple” namun diakhir kita seperti di GIGIT
oleh cerita itu sendiri. Rasanya geregetan, mau kesel dan marah tapi keren,
waduh gimana tuh?
Untuk
penonton awam mungkin akan berkata “apaan sih nih film, gak jelas banget,
nyesel gua” “dih, masa gini” atau “pasti ada yang keduanya kan ya? Ah iya nih
pasti” . Waduh, gue kasih tau ya, film ini memberikan pesan secara implicit yang mana memang tidak di
tayangkan secara fontal, itulah kepintaran kalian sebagai penonton di Uji. Mampukah
kalian mencerna maksud dari ending
tersebut? Kalau iya, selamat anda sudah menjadi penonton yang tidak bodoh-bodoh
amat haha. Intinya kalau kalian terbiasa disuapin sama film, di Love For Sale kalian dituntut untuk
makan sendiri
Rating: 8.2/10
Visual
Penampilan yang disajikan di Love For Sale adalah sajian “Realisme”
dimana mulai dari teknik kamera sampai dekorasi art semuanya membingkai
realitas yang terjadi pada kehidupan ini tanpa dekorasi yang berlebihan. Dengan
pendekatan tersebut membuat film ini menjadi semakin revelant dan dapat kita nikmati serta menghipnotis kita untuk masuk
kedalam filmnya.
Bukan hanya Teknik Kamera dan
Dekorasi Art, ritme dalam film ini bagaimana durasi tiap shot juga sedikit
lamban membuat kita dapat menjelajah lebih dalam tentang realitas yang benar-benar
sedang dibangun oleh film ini. Sungguh sajian yang enteng dan menyenangkan
untuk menjadi tontonan di akhir pekan. Walau film ini terkesan seperti film low budget (denger-denger emang bener
sih, but who cares?) tapi film ini
tetap mengedepankan Bahasa Visual yang membuat mata kita mencerna tiap arti
dari framing yang dikemas oleh film Love For Sale
Rating: 7.4/10
Audio
Semua
komposisi pas dan tidak ada yang special. Nothing
to comment
Rating: 6.5/10
Characters
Tidak
ada yang menyangka kalau Gading Marten mampu menjadi aktor pemeran utama, dan
lagi-lagi Gading mampu unjuk kebolehannya dalam memerankan tokoh Richard di
film Love For Sale. Akting Gading sebagai
Richard memang tidak sedahsyat aktor kelas A pada umumnya, namun cerita film ini
yang memiliki development yang baik
membuat tokoh Richard menjadi sangat hidup, namun tokoh tersebut tidak hidup
sendiri. Di tambah lawan main Richard yaitu Arini(Della Dartyan) bukan hanya menghipnotis Richard namun mampu
menghipnotis para penonton. Tak lupa juga tokoh lain seperti para penjaga toko
juga sangat memberikan kontribusi yang dahsyat untuk nyawa film ini (gue lupa
nama karakternya siapa[sudah mencoba mencari info namun gak ketemu juga, kalau
ada yang tau boleh komen], tapi yang paling pecah itu yang diperankan oleh Adriano Qalbi)
Memang,
development cerita yang matang serta pengarahan dari sang sutradara yang baik,
akan melahirkan nyawa tersendiri pada Tokoh-tokoh didalam cerita yang
sebenarnya kita tidak pernah sangka mereka mampu tampil serapih itu. Mari kita
berikan apresiasi kepada Andibachtiar
Yusuf(Sutradara) dan Mohammad Irfan
Ramly (Penulis), congratulations!
Rating: 7.5/10
THIS IS THE END OF THE REVIEW
Tidak ada yang pernah menyangka plot cerita yang mainstream menjadi berbeda karena disajikan
dengan formula baru yang fresh serta
membuat kita lupa akan cerita yang biasa itu. Love For Sale adalah bentuk dari sebuah film yang memiliki cerita
enteng namun mengigit dipenghujung membuat kita sedikit harus menerima realitas
yang sebetulnya kita tidak inginkan.
Love For Sale got 7.4/10
from me !