Review: Love For Sale (2018) | sebuah kisah cinta SEDERHANA yang MENGHANYUTKAN







Produser  : Angga Dwimas Sasongko, Chicco Jerikho
Sutradara : Andibachtiar Yusuf
Penulis      : Mohammad Irfan Ramly



Cerita
                Siapa sangka cerita sederhana mampu menjadi cerita yang begitu pas dihati kita? Jawaban yang dapat gue utarakan adalah, karena cerita ini serta pengembangannya ditambah elemen-elemen pendukungnya sangatlah relevant untuk kita. Se-sederhana apa sih emangnya? Jawabannya: Se-sederhana bagaimana kisah seorang lelaki paruh baya yang sampai umur 41 tahun masih menjomblo lalu akhirnya menemukan cintanya. What? Gitu doang? Spesialnya apa?
                Gini-gini, pernah kah kalian merasa bosan dan muak dengan film-film yang mengisahkan tentang bagaimana seseorang menemukan belahan jiwanya? Well, gue sih bosan dan muak itulah yang membuat gue kurang tertarik dengan film-film Romance klise. Tapi Love For Sale menawarkan resep baru ke kita, dimana hal-hal klise yang biasa terjadi di film Romance lainnya tidak digunakan dan memberikan surprise yang cukup mengejutkan serta menyenangkan.



                Love For Sale sendiri sebetulnya tidak seperti film lainnya dimana jalur ceritanya sesuai dengan Formula film mainstream. No, it’s different and you won’t expect it. Jangan banyak menebak ending, percuma saja. Nikmati filmnya, karena film ini bagaikan pengkhianat yang “diam diam menghanyutkan” sadar atau tidak, kita sebagai penonton dibawa oleh arus cerita yang berkedok “simple” namun diakhir kita seperti di GIGIT oleh cerita itu sendiri. Rasanya geregetan, mau kesel dan marah tapi keren, waduh gimana tuh?
                Untuk penonton awam mungkin akan berkata “apaan sih nih film, gak jelas banget, nyesel gua” “dih, masa gini” atau “pasti ada yang keduanya kan ya? Ah iya nih pasti” . Waduh, gue kasih tau ya, film ini memberikan pesan secara implicit yang mana memang tidak di tayangkan secara fontal, itulah kepintaran kalian sebagai penonton di Uji. Mampukah kalian mencerna maksud dari ending tersebut? Kalau iya, selamat anda sudah menjadi penonton yang tidak bodoh-bodoh amat haha. Intinya kalau kalian terbiasa disuapin sama film, di Love For Sale kalian dituntut untuk makan sendiri
Rating: 8.2/10

Visual
Penampilan yang disajikan di Love For Sale adalah sajian “Realisme” dimana mulai dari teknik kamera sampai dekorasi art semuanya membingkai realitas yang terjadi pada kehidupan ini tanpa dekorasi yang berlebihan. Dengan pendekatan tersebut membuat film ini menjadi semakin revelant dan dapat kita nikmati serta menghipnotis kita untuk masuk kedalam filmnya.
Bukan hanya Teknik Kamera dan Dekorasi Art, ritme dalam film ini bagaimana durasi tiap shot juga sedikit lamban membuat kita dapat menjelajah lebih dalam tentang realitas yang benar-benar sedang dibangun oleh film ini. Sungguh sajian yang enteng dan menyenangkan untuk menjadi tontonan di akhir pekan. Walau film ini terkesan seperti film low budget (denger-denger emang bener sih, but who cares?) tapi film ini tetap mengedepankan Bahasa Visual yang membuat mata kita mencerna tiap arti dari framing yang dikemas oleh film Love For Sale
Rating: 7.4/10

Audio
                Semua komposisi pas dan tidak ada yang special. Nothing to comment
Rating: 6.5/10

Characters
                Tidak ada yang menyangka kalau Gading Marten mampu menjadi aktor pemeran utama, dan lagi-lagi Gading mampu unjuk kebolehannya dalam memerankan tokoh Richard di film Love For Sale. Akting Gading sebagai Richard memang tidak sedahsyat aktor kelas A pada umumnya, namun cerita film ini yang memiliki development yang baik membuat tokoh Richard menjadi sangat hidup, namun tokoh tersebut tidak hidup sendiri. Di tambah lawan main Richard yaitu Arini(Della Dartyan) bukan hanya menghipnotis Richard namun mampu menghipnotis para penonton. Tak lupa juga tokoh lain seperti para penjaga toko juga sangat memberikan kontribusi yang dahsyat untuk nyawa film ini (gue lupa nama karakternya siapa[sudah mencoba mencari info namun gak ketemu juga, kalau ada yang tau boleh komen], tapi yang paling pecah itu yang diperankan oleh Adriano Qalbi)
                Memang, development cerita yang matang serta pengarahan dari sang sutradara yang baik, akan melahirkan nyawa tersendiri pada Tokoh-tokoh didalam cerita yang sebenarnya kita tidak pernah sangka mereka mampu tampil serapih itu. Mari kita berikan apresiasi kepada Andibachtiar Yusuf(Sutradara) dan Mohammad Irfan Ramly (Penulis), congratulations!
Rating: 7.5/10

THIS IS THE END OF THE REVIEW

Tidak ada yang pernah menyangka plot cerita yang mainstream menjadi berbeda karena disajikan dengan formula baru yang fresh serta membuat kita lupa akan cerita yang biasa itu. Love For Sale adalah bentuk dari sebuah film yang memiliki cerita enteng namun mengigit dipenghujung membuat kita sedikit harus menerima realitas yang sebetulnya kita tidak inginkan.

Love For Sale got 7.4/10 from me !

Previous
Next Post »